Dia

Dia...

Dia duduk disana, di tempat seperti biasa. Di tempat yang sama. Orang bilang, Dia bodoh. Orang bilang, Dia keras kepala. Rupanya, Dia sedang diam. Pikirannya menerawang, tentang seseorang yang tidak lekas hilang.Tentang seseorang, yang selalu Dia rindukan siang malam. Tentang seseorang, yang bahkan Dia sendiri tidak tahu namanya. Tentang seseorang, yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Ah, pasti kalian hanya menganggap ini cerita romansa anak SMA biasa.Tapi, tidak. Kalian nol besar. Ini rumit. Ya, rumit. Bagaimana mungkin seseorang cinta dengan sesuatu yang "abu-abu" hingga segininya. Bahkan, tanpa pernah melihat wujud, fisik, atau apapun. Hanya dari kata-kata. Dan, musik yang  menjembatani mereka. Entah, ini bisa disebut cinta atau hanya kagum semata. Mungkin, terlalu cepat untuk menyimpulkan juga tidak baik. Kamu tahu apa yang Dia rasakan ketika sosok itu muncul hanya untuk menanyakan kabar? Rasanya seperti bau tanah sehabis hujan turun. Meneduhkan. Seperti pelangi, mungkin. Sebut aku berlebihan, tapi begitulah yang dia rasakan. Ah, sosok itu memang candu. Sama seperti cinta. Eh, kalau sosok itu dan cinta sama-sama candu, bolehkah aku menyebutnya cinta? Baiklah, aku menyebutnya cinta. Tapi, tidak semua berjalan sebegitu mulusnya seperti di film kan? Dia juga merasakan itu. Ketika rindu datang, Dia hanyalah seonggok sampah tak berdaya yang terbawa arus air. Lalu, apa yang bisa Dia lakukan? Seperti aku bilang diatas, lagu yang menjembatani mereka. Ya, Ketika kata tak lagi mampu dideskripsikan, musik bicara. Kenangan berputar. Disitulah, sosok itu berada. Maka, kali ini aku bisa menyebut sosok itu dengan, lagu. Ketika rindu membludak, dada terasa sesak. Dia muak, namun tetap Dia tetap merindukan. Entahlah, sosok itu bahkan lebih abu dibandingkan dengan apapun. Sosok itu, abstrak. Sulit diinterpretasikan, namun tidak mengurangi sedikitpun keindahannya. Terkadang, Dia merenung di malam-malam menjelang dia terlelap. Apakah sosok itu merasakan apa yang Dia rasakan? Tapi, pada akhirnya toh Dia tertidur juga. Dengan penuh tanda tanya tentunya. 

Yah, jika kalian mencoba menerka siapa maka analogikan saja Dia itu aku, dan sosok itu adalah kamu. Aku tidak pernah bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. Semua berjalan begitu adanya. Aku juga tidak pernah menyesal mengenalmu, walau pada akhirnya aku lebih sering mengenangmu. Setidaknya, kamu pernah mengubah abu-abu menjadi mejikuhibiniu. Dan ketahuilah, kamu indah bahkan dengan sosok yang tidak aku ketahui. Dan, aku mengenangmu sebagai....kata-kata dari percakapan yang kita lakukan siang malam. Sebagai lagu indah yang mengantar aku terlelap. Sebagai cinta, yang tak tahu akan berujung kemana. Ah, aku bodoh. Seharusnya cinta tidak berujung. Pada akhirnya, dimanapun kamu berada, kamu akan selalu ada di tempat yang seharusnya. Di sini.

Comments

Popular Posts