Surat Buat Ibuk

Kepada Yth.
Ibuk
di Rumah

Bersamaan dengan surat ini, Rani ingin mengucapkan matur sembah suwun untuk teh hangat, roti, energen panas, dan perkataan yang Ibuk lontarkan hari ini, dan sebelum-sebelumnya, juga untuk hari-hari depan. Obrolan yang lebih sering gagal, obrolan yang berakhir dengan hening, obrolan dalam pikiran dan/atau perasaan masing-masing.

Rani kecil sering komplain sama Tuhan
"Tuhan, kenapa sih Ibuk begini"
"Ibuk kok begitu"
"Kok Ibuk-nya temanku begini, kok aku begitu"

Tapi, Rani kecil juga sering berkata
"Eh tapi Tuhan, untung Ibuk begini"
"Yaampun ternyata Ibuk masih lebih mending!"
"Hehe nggak jadi deh pengen Ibuk kayak Ibuk-ibuk yang lain"
 
Buk,
maaf ya,
Rani yang sudah tidak terlalu kecil ini
ternyata masih seperti anak kecil.

Buk,
besok-besok,
nggak,
mulai sekarang,
Rani bakal lebih nanggepin Ibuk kalo Ibuk lagi ngomong,
kalo Ibuk lagi pengen cerita,

Maaf ya Buk,
Rani kadang lebih suka diam,
Rani lebih suka telinga yang bekerja
padahal mungkin Ibuk butuh ditimpali
dengan suara
dengan kalimat
bukan hanya dengan mesam-mesem,
suara tertawa yang ditahan,
atau dengan dehaman.

Maaf juga ya, Buk,
Rani jarang berbagi cerita sama Ibuk,
Meski begitu, Ibuk sebetulnya hampir gak pernah salah
kalau lagi nebak muka Rani ketika sampai di rumah
Maaf Buk,
Rani cuma bisa berbagi ekspresi di muka,
belum bisa bicara yang ada di hati,
dari Rani kecil sampai tidak terlalu kecil seperti sekarang ini.


Ibuk,
makasih ya
sudah selalu menjadi Ibuk yang bukan hanya berperan sebagai Ibuk buat Rani

Kalau Ibukku bukan Ibuk,
bakal jadi apa aku?

(Maaf ya, Buk, Rani memang mengecewakan)

Comments

Popular Posts