Lagu dan kamu

"Still everyday I think about you. I know for a fact, that's not your problem. But if you changed your mind, you'll find me hanging on to the place. Where the big blue sky collapse."


Terdengar sayup-sayup lagu kesayangan, membekas pada angan. Mengingatkan tentang kamu, tentu saja. Terlalu melankolis memang. Tapi apa daya, otakku selalu menemukan jalannya sendiri ketika mendengar lagu-lagu sialan itu. Tentulah, kepada kamu dan selalu kamu, kamu, kamu, dan kamu lagi. Sempat diri ini muak dan berontak. Tapi tetap saja, medan gravitasi kamu terlalu kuat. Sampai-sampai aku tidak habis pikir sebetulnya kamu ini siapa, aku ini siapa, mengapa ini bisa terjadi, mengapa harus aku, dan mengapa pula kamu.

Sebetulnya aku dan kamu ini bukan apa-apa toh. Ibarat kamu di kutub utara, aku di kutub selatan. Atau mungkin kamu matahari, dan aku pluto. Tidak pernah benar-benar bertemu, bukan? Tapi, mengapa kamu begitu membekas? Bahkan dengan ketiadaan kamu saja sudah menghabiskan tiga perempat ruang disini. Apalagi jika kamu benar-benar hadir. Mungkin aku sudah tumpah ruah.

Sudahlah, nikmati realita. Nikmati saja jika kita ini bukan apa-apa. Nikmati saja jika aku dan kamu tidak akan pernah ada ujungnya. Nikmati saja jika aku yang harus terus menerus menggerus hati menunggu kamu yang jelas-jelas tidak pasti.


"Love is really nothing, but a dream that keeps waking me. For all of my trying, we still end up dying. How can it be?"

Comments

Popular Posts