Hari merah jambu

Selamat datang, hari merah jambu!




Orang bilang, hari ini penuh cinta. Aku percaya. Ah, dasar bodoh. Ini bukan 1001 dongeng pengantar tidur, kan?

Seharian aku menunggu ceritaku datang. Tapi, dia seakan hilang. Entah mengapa, dia seperti enggan menyapa. Yang ada, justru mereka yang merasakannya. Aku bisa menyimpulkan bagaimana mereka merasakan itu. Mungkin manis. Atau mereka sedang tenggelam sekarang. Dalam lautan warna merah jambu, tentunya. Ya, mereka jatuh cinta.

Aku mulai resah. Aku sudah melewati tiga perempat hari merah jambu. Namun, ceritaku masih belum nampak. "Apa ceritaku lupa alamat rumahku?". Ah, bodoh. Kenapa aku terlihat seperti anak kecil yang merengek-rengek ingin dibelikan permen oleh ayahnya. Tapi, masih. Aku menunggu ceritaku datang. Sampai akhirnya aku kelelahan dan terlelap.

Tiba-tiba tubuh ini berontak. Ya, aku bangun setengah jam sebelum hari merah jambu benar-benar pergi. Masih, ceritaku enggan menampakkan dirinya. Masih pula, aku menungggu ceritaku datang dengan wajah polos seakan tak berdosa. Sekali lagi, masih, aku berharap. Ceritaku benar-benar datang.

Di penghujung hari merah jambu, aku diam. Menyaksikan hari merah jambu pergi, sambil menertawakan diri sendiri karena ceritaku benar-benar tidak datang. Untuk kesekian kalinya aku bicara, aku bodoh. Dan juga keras kepala. Hari ini memang hari merah jambu. Namun, bukan untuk aku.

"Dimana kamu, di hari merah jambu? Mengapa kamu tidak muncul? Jika kamu tidak ingin terlihat hari ini, simpan saja untuk besok. Atau mungkin lusa. Bisa jadi lain hari. Atau mungkin, tidak samasekali."

Ternyata masih, aku menunggu kamu mengubah abu-abu jadi merah jambu. Dasar keras kepala. Harusnya, seiring kepergian hari merah jambu, aku bertekad. Tekad untuk segera pindah. Sayang, berpindah tidak semudah itu. Sekali lagi, aku menunggu kamu sembari menunggu waktu kapan rasa itu mati. Dan, tidak ada yang tau kapan waktu itu datang, kan?

Selamat tinggal, hari merah jambu!

Comments

Popular Posts