Pointless

Saya tidak tahu harus menulis apa. Rasanya kini kata-kata semakin tidak ada artinya. Yang tinggal hanyalah sisa-sisa yang bahkan saya tidak dapat membahasakannya. Rasa rasanya, rasa itu kian sirna. Namun entah mengapa saya masih juga belum rela. Entah rela untuk apa.

Saya tidak mengerti. Sebagaimana saya tidak mengerti perasaan saya sendiri. Saya bahkan tidak tahu kapan harus berhenti. Entah berhenti menyalahkan kamu, atau bahkan terpaksa memberhentikan rasa ini padamu.

Mereka bilang di setiap perjumpaan pasti akan ada perpisahan.

Lalu mengapa saya masih juga menampik kenyataan itu?

Harusnya saya mengerti, bukan hanya ingin dimengerti. Harusnya saya paham, atau setidaknya berusaha memahami.

Seperti yang sudah-sudah, kamu hilang lagi. Saya hanya bisa menertawakan diri sendiri. Masih juga rasa ini belum pergi. Seharusnya, seiring kepergian kamu rasa ini turut pergi. Tapi, saya masih tetap peduli. Padahal mungkin kamu merasa ini bukan sesuatu yang harus dipikirkan. Nyatanya setiap hari selalu terlintas di pikiran.

Tapi kali ini, rasanya kamu pergi karena suatu hal. Entah hal apakah itu, yang jelas pikiran dan perasaan saya banyak tersita dengan hanya memikirkan itu. Padahal belum tentu yang saya pikirkan ini benar adanya.

Entahlah, perasaan kali ini tidak cukup dikisahkan hanya dengan kata-kata.

Lalu kemudian air mengalir menganaksungai dari pelupuk mata. Saya bahkan tidak tahu saya menangis untuk apa. Mungkin saya menangisi diri saya sendiri. Mungkin...

Comments

Popular Posts