Hari Bahagia

Sir, I'm a bit nervous
'Bout being here today
Still not real sure what I'm going to say...


Perasaanku tak menentu. Semua bercampur menjadi satu. Ah, peduli anjing. Melihatnya membuatku yakin. Menatap matanya dalam-dalam bagai zat adiksi. Aku terjerat di dalamnya. Dan sedikit demi sedikit perasaan tak menentu itu mulai sirna. Aku semakin cinta padanya.
*

Berat langkah kakiku. Lemas segala persendianku. Namun, peduli anjing. Aku harus tetap berada disana, disampingnya. Kulihat senyumnya, dia begitu yakin. Seakan tak ada yang mampu menghalanginya. Bahkan hujan badai sekalipun, ia takkan gentar. Kutegapkan bahuku, kuperlihatkan senyum termanis yang pernah aku miliki. Aku makin cinta padanya.
*

Kulihat pria dan wanita yang duduk disana. Kupandangi ayahnya, terlihat sorot matanya yang tajam namun sangat berwibawa. Kuperhatikan ibunya, wanita cantik yang telah melahirkan wanita sesempurna dia, yang berada di dekatku saat ini. Seketika rasa itu kembali berkecamuk dalam dadaku. Namun, peduli anjing. Inilah saatnya aku bicara di hadapan mereka, meminta restu untuk meminang putrinya yang tercantik.
*

Perasaanku bergolak tidak karuan. Aku hanya bisa melihat dan merasakan detik-detik terjadinya peristiwa ini, tanpa sepatah kata apapun.
*

"Tuhan, bantu aku. Lancarkan segala sesuatunya. Mudahkanlah. Semoga menjadi berkah." Aku bersimpuh di hadapan orangtuanya, meminta doa restu pada mereka. Kulihat wanitaku, dia menangis haru. Pun ibunya, ketika memberikan nasihat bagi anaknya. Bahkan ketika air mata mulai membasahi pipinya, dia tetap terlihat cantik. Aku makin cinta padanya.
*

Aku tidak dapat menyembunyikannya lagi. Segala rasa tumpah, menjadi air mata yang tak sanggup lagi ku bendung. Kulihat dia begitu bahagia. Akupun juga merasakannya
*


I'm gonna marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die...


Lega sekali rasanya. Seakan terlepas dari hukuman mati, bahkan lebih jauh lagi dari itu. Kutatap wanitaku, dia tersenyum. Sungguh aku tak sabar menunggu hari, melihatnya terus berada di sisi. Menemani dari pagi hingga malam hari, begitu seterusnya sampai tua nanti. Aku sangat mencintainya.
*

Aku tersenyum. Kulihat sorot matanya menunjukkan kebahagiaan. Jelas sekali ia tak dapat menyembunyikannya. Aku bahagia berada di dekatnya. Aku sangat mencintainya.
*

Kulihat ke sekeliling, kudapati senyum di setiap wajah orang-orang yang hadir hari ini. Tak terkecuali dia, orang yang selalu berada di dekatku. Bahkan hingga hari ini, dia masih terus berada didekatku, memberikan semangat agar aku tidak kalah di makan rasa gugup yang sedari tadi terus menggangguku. Ku peluk dia erat, seakan tak ingin lepas. Karena aku tahu cepat atau lambat aku akan menjalani kehidupan yang baru --yang mungkin tak ada dia di dalamnya--.
*

Dia memelukku erat. Sungguh aku merasa seperti orang yang tidak tahu malu. Berani-beraninya meneteskan air mata di pundak lelaki yang telah menjadi milik orang lain. Namun, aku masih mencintainya. Bahkan hingga detik ini, aku berharap detik waktu berhenti sejenak agar aku masih bisa merasakan pelukannya di tubuhku.
*

Aku tidak tahu, tapi aku juga merasa dia tidak rela melepasku. Mungkin karena kita sudah terlalu biasa bersama. Dia betul-betul sahabatku yang paling baik.
*

Hari ini tidak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku. Hari ini adalah hari bahagianya. Hari bahagiaku juga. Meskipun aku bukan wanita beruntung yang menjadi teman hidupnya, setidaknya aku beruntung sempat bertemu dengannya dalam hidupku. Bukan hanya bertemu, melainkan menghabiskan waktu bersama. Sampai detik ini, ketika aku masih berada di pelukannya, aku masih mencintainya. Entah sampai kapan. Aku harap rasa ini segera sirna. Biarpun begitu, aku tetap merasa bahagia.

Karena bahagianya, adalah bahagiaku juga.

Comments

Popular Posts