(Bukan) Surat Cinta

Saya harap, kamu membaca tulisan ini walau sambil lalu.
Saya harap, kamu punya waktu, untuk membaca sepatah dua patah kata dari saya yang tidak tahu malu.
Saya harap, ketika kamu mulai membaca tulisan ini, kamu mulai mendengarkan lagu kesukaanmu.

Bukan,
bukan ingin saya untuk kamu sukai
layaknya lagu yang mungkin sedang kamu putar saat ini.
Bukan pula ingin saya, untuk mengubah makna lagu yang kamu dengar saat membaca tulisan ini.

Saya --yang tidak tahu malu ini-- hanya ingin menjadi sesuatu
yang dengan refleks kamu ingat
sama seperti ketika kamu memilih lagu mana yang akan kamu putar.
Kamu tidak butuh alasan mengapa kamu memilih itu,
kamu hanya melakukannya.
Karena mungkin di rasa pas,
karena mungkin di rasa tepat.

Kemarin saya sengaja membaca kembali tulisan saya
di tanggal yang sama,
tahun yang berbeda.
Beberapa tulisan lain yang pernah saya tulis disini juga tidak luput dari mata.
Entah mengapa dan bagaimana saya menulis itu.
Ternyata tulisan saya lebih banyak sedihnya, ya?

Jujur saya tidak tahu apa yang ingin saya tulis.
Itulah alasan mengapa saya tidak lagi menulis sejak terakhir kali saya memuatnya disini.
Kata-kata seakan tak lagi bermakna.
Padahal, kata adalah senjata
bagi mereka yang tahu cara menggunakannya.

Ah, persetan.
Saya betul-betul belum menemukan apa yang ingin saya tulis selain ini.

Terimakasih

Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu
hanya untuk membuka dan membaca
obrolan tidak penting yang sering saya utarakan
tanpa tahu apakah kamu bosan
atau justru terkesan.

Terimakasih telah menjadi seseorang
yang membuat saya menjadi sebagaimana saya
tanpa perlu takut
tanpa perlu merasa ragu
apalagi malu.

Terimakasih telah menjadi bagian dari inspirasi
yang seringkali datang saat dini hari.
Yang terkadang membuat saya gigit jari
karena ketika kantuk telah menguasai diri,
saya lebih memilih untuk tenggelam dalam mimpi
lalu bangun pagi sambil merutuki diri sendiri.

Terimakasih telah menjadi bagian dalam diri saya
hingga saat ini
walau saya tahu
bahwa ini semu
Semu
karena hanya saya
yang menganggap kamu adalah bagian dari saya
Sementara kita,
bukanlah apa-apa.

Terimakasih telah memberikan saya arti lebih
dari sekadar cerita
dari sekadar perbincangan
dari segala lamunan
dari segala pengharapan.

Terimakasih,

telah membuat saya bertahan
hingga sejauh ini.
:')

Comments

Popular Posts