Sugesti

Dahulu kamu hadir dengan sebuah ketidaksengajaan. Saya pun mengenalmu secara kebetulan. Semua hal terjadi begitu saja layaknya saya percaya bahwa itu rencana Tuhan.

Hari demi hari saya lalui, masih menganggap semuanya biasa saja. Kamu pun begitu, datang dan pergi, masih di saat yang tepat. Kamu datang disaat saya hanya sekedar ingin untuk bicara, begitupun pergi ketika saya sedang tidak ingin bicara. Dan saya masih percaya bahwa itu suatu ketidaksengajaan.

Hari berganti bulan, rasa percaya saya tumbuh kian pesat. Saya yakin kamu memang yang terbaik, yang telah Tuhan berikan untuk saya. Rasa yang ada di dalam sini mulai bergejolak, berlebihan, meluap begitu hebat seakan saya tidak mampu membendungnya. Saya buta. Sikap saya berubah, namun saya tidak pernah melihat itu. Yang ada di mata saya hanyalah kamu yang berubah. Begitu terus setiap hari. Saya mencoba bagaimanapun caranya agar kamu kembali seperti saat kita bertemu, namun kamu justru bersikap lebih dingin bahkan terus mendingin hingga beku. Saya tetap belum melihat apa kesalahan saya, sembari terus mencoba terlihat sempurna di mata kamu. Mulai dari belajar mengetahui apa yang kamu suka, yang kamu tidak suka, kira-kira detik ini kamu sedang apa, apakah kamu baik-baik saja, dan lain sebagainya. Tetap saja, semua itu tidak bisa membuat kamu berubah seperti dulu. Justru kamu semakin jauh dari saya, yang masih saja belum mengetahui kesalahan apa yang telah saya perbuat. Namun, saya masih percaya bahwa kamu adalah yang terbaik untuk saya.

Sugesti-sugesti banyak sekali menghampiri akal pikiran saya yang sudah terlanjur buta. Mulai dari "Kamu sudah sejauh ini, tidak mungkin kamu mundur" kemudian "Cinta itu harus diperjuangkan. Kalau kamu tidak berjuang, kamu tidak cinta." dan sekian banyak sugesti-sugesti yang membuat saya jauh lebih percaya bahwa kamu adalah yang terbaik untuk saya. Tanpa sadar, saya telah memupuk harapan terlalu tinggi. Menunggu saat-saat berbuah manis, namun pada kenyataannya kamu tidak pernah melihatnya sedikitpun. Akhirnya harapan saya mati, seiring dengan rasa percaya yang kian memudar.

Ya, saya sedang berada di titik lelah.

Saya lelah berusaha terlihat sempurna di mata kamu, tetapi tidak merubah kamu ke keadaan semula. Saya pun merasa bodoh, hingga saat ini belum mengetahui apa kesalahan saya.

Kamu tahu? Kamu adalah sebagian dari sugesti yang sejak awal saya pertahankan. Sugesti yang lama kelamaan membuat saya buta akal pikiran. Begitupun kita, sugesti busuk yang lama kelamaan meracuni segala tindakan dengan tujuan agar kita bisa bersama. Persetan dengan sugesti.

Akhirnya, sekarang saya tahu apa kesalahan saya. Kamu tidak pernah berubah, sejak dulu kamu memang begitu adanya. Justru saya yang berubah, menjadi tidak menyenangkan dengan berusaha terlihat semanis mungkin. Padahal saya tahu kamu mungkin tidak suka sama sekali dengan hal yang berbau kepura-puraan. Sugesti-sugesti ini merubah diri saya, yang saya kira akan terlihat jauh lebih baik, namun belum tentu terlihat baik bagi orang lain termasuk kamu.

Saya hidup dalam sugesti tentang kamu. Sugesti yang berhasil meyakinkan saya, sekaligus menghempaskan tubuh saya, juga mematikan harapan saya.

Comments

Popular Posts