Sisa-sisa angan

Aku tersentak. Tersentak bukan tanpa sebab. Hatiku remuk. Mukaku merah padam. Namun aku diam. Hanya bisa diam. Rasa sakit ini tidak kunjung hilang. Terngiang-ngiang bagai mimpi buruk yang menerkam. Memangsa setiap kenangan yang terlintas di kepala. Mematahkan sisa-sisa asa yang kubangun sedikit demi sedikit setiap detiknya. Hingga yang tersisa hanyalah sisa-sisa entah apa namanya. Pilu, itu sudah pasti. Bangkit, belum tentu secepat membalikkan kedua telapak tangan.

Jadi, apa yang selama ini aku perjuangkan? Angin? Batu? Sungguh, kamu tidak ada bedanya dengan kedua benda itu. Atau mungkin ini semua salahku? Si keras kepala yang mengatasnamakan segala tindakan dengan perjuangan. Mengapa kamu tidak juga melihat? Atau minimal merasakan. Ah, aku lupa. Kamu adalah si angin dan batu. Datang lalu pergi begitu saja, dan keras serta sulit ditembus hatinya.

Kini terlintas di kepala, sisa-sisa mimpi yang masih berputar. Menunggu entah sampai kapan, entah terwujud atau tidak.


Menari, tertawa lepas di pinggir pantai
Berkejaran bersama debur ombak
Bersenandung riang, mengikuti arah awan
Berpegang tangan menikmati senja
Berbaring berdua, menatap bintang



Terus saja bermimpi, Nak.
Tidak ada seorang pun yang mampu melarangmu untuk bermimpi.
Tapi ingatlah,
kamu seharusnya tahu diri.
Tahu bahwa itu semua hanya ilusi.
Tahu bahwa terkadang mimpi tidak ditakdirkan untuk menjadi kenyataan.

Comments

Popular Posts