Jatuh
Mencintai kamu, mungkin hal paling gila yang seumur hidup baru sekali aku lakukan. Mencintai kamu, faktanya, juga merupakan satu hal yang dapat membunuh perlahan. Menggoreskan sembilu sedikit demi sedikit pada relung yang akhirnya menganga. Rasa senang saat kamu ada, mungkin juga hanya kamuflase. Ibarat obat bius dosis tinggi, yang membuat mati rasa. Membuat seolah tidak terjadi apa-apa, padahal hati sedang ditikam sana sini. Mencintai kamu, laksana minyak dalam air. Sungguh sampai kapanpun aku dan kamu takkan bisa satu. Sudah berkali-kali aku katakan, aku ini dungu. Perasaan ini pun sama halnya. Mencintai kamu laksana jurang. Aku terperangkap di dalamnya. Terperangkap dalam jarak antar pusat dan permukaan bumi. Antara realita dan fana.
Sayang, aku sudah jatuh, terlalu jauh, hingga lupa jalan untuk kembali ke permukaan. Faktanya, jatuh ke dalam sini sungguhlah nyaman. Aku terlena. Padahal di dalam sana aku butuh cahaya. Cahaya yang hanya ada di permukaan.Apakah aku akan terus menerus terlena hingga akhirnya mati membiru kekurangan cahaya di dalam situ? Atau berjuang sekuat tenaga meninggalkan segala sesuatunya-termasuk kamu- mati di dasar bumi?
Entahlah.
Sayang, aku sudah jatuh, terlalu jauh, hingga lupa jalan untuk kembali ke permukaan. Faktanya, jatuh ke dalam sini sungguhlah nyaman. Aku terlena. Padahal di dalam sana aku butuh cahaya. Cahaya yang hanya ada di permukaan.Apakah aku akan terus menerus terlena hingga akhirnya mati membiru kekurangan cahaya di dalam situ? Atau berjuang sekuat tenaga meninggalkan segala sesuatunya-termasuk kamu- mati di dasar bumi?
Entahlah.
Comments
Post a Comment